Gadis Kecil
Terduduk dengan riang bernyanyi
di bawah lampu taman
di kursi model belanda
samping tanaman bougenvil yang sedang mnguncup itu
kuamati sedari tadi
dari simpang trotoar
bayangku sembunyi
Lalu tiba-tiba tatap matanya sendu
kudengar dari sebrang isak tangis
dan tangan kanannya yang tak henti mengusap bulir
air suci yang landai mengalir
Serentak kuhampiri gadis kecil
dan diapun segera diam dari desah tangis
sembari menghapus sisa air mata
seolah tak pernah terjadi apa-apa
Kucoba bertanya dalam hati menyapa
"Gadis kecil, apa yang sedang kau nyanyikan?
Terlihat dengan riang kau tadi bernyanyi
lantas tiba-tiba berubah tangis mewarnai
Bolehkah tanyaku masuk
dan berenang dalam luas samudera hatimu
dan juga renungku terbang dalam angkasa imajinasimu?
Agar aku bisa ikut berbagi bersamamu
Tenang,
aku masih punya cukup oksigen paham
dalam tabung hatiku
tuk menyelamu dalamnya palung hatimu
dan sayap logikaku masih cukup kuat
tuk terbang tinggi menembus tujuh langit hayalmu."
Tampilkan postingan dengan label puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label puisi. Tampilkan semua postingan
Sajak yang Hampir dilupa
Pada selembar tikar pandan dipan depan rumah itu
kita pernah menikmati malam
di bawah langit biru yang semakin kelabu
persis seperti malam ini
rembulan menyabit yang enggan padam
aku paham bulan bintang cemburu dengan kemesraan kita sayang
waktu itu aku kau hanya tersenyum penuh kebanggaan
mampu membuat iri penghias malam
angin kemarau yang berhembus lembut
membawa pesan keharuman surga
dalam bingkai belaimu yang lembut
tak kubiarkan kedip menghalangi mata
memandang gemerlap matamu memantulkan cahaya cinta
memang, kita hanya diam
tak ada sepatah kata terucap
mulut seolah terkunci rapat
namun hati kitalah yang asik bercakap
mungkin kau sudah lupa saat itu sayang
namun kuharap kau sudah lupa
karena sajak ini sengaja kueja
untuk mengenang malam kemesraan kita.
kita pernah menikmati malam
di bawah langit biru yang semakin kelabu
persis seperti malam ini
rembulan menyabit yang enggan padam
aku paham bulan bintang cemburu dengan kemesraan kita sayang
waktu itu aku kau hanya tersenyum penuh kebanggaan
mampu membuat iri penghias malam
angin kemarau yang berhembus lembut
membawa pesan keharuman surga
dalam bingkai belaimu yang lembut
tak kubiarkan kedip menghalangi mata
memandang gemerlap matamu memantulkan cahaya cinta
memang, kita hanya diam
tak ada sepatah kata terucap
mulut seolah terkunci rapat
namun hati kitalah yang asik bercakap
mungkin kau sudah lupa saat itu sayang
namun kuharap kau sudah lupa
karena sajak ini sengaja kueja
untuk mengenang malam kemesraan kita.
Sayang
Sayang,
cintaku padamu baru sebatas menyebut memuji namamu sayang.
Hingga bibir ini kering pecah pecah
tenggorokan garing sulit menelan air ludah
dan pangkal hidung perih bernafaspun susah
sayang
namamu juga selalu kulantunkan sebagai pengantar tidurku
tahukah kau sayang
tidurku tak akan bisa jenak
jika belum menyenandungkan kidung kemuliaanmu
dan berharap indah wajahmu sudi mampir
dalam mimpiku yang teramat getir
sayang
aku mencoba mencermati langkah tingkahmu sayang
agar aku paham bagaimana cara meyakinkanmu
bahwa aku kekasihmu
sayang
memang kita belum pernah berjumpa
namun aku tak ragu tuk menyatakan bahwa kaulah kekasihku sayang
sayang diriku hanyalah yang terbuang
diantara jutaan pencintamu yang mabuk kepayang
semoga kaupun mengakui akulah kekasihmu sayang
cintaku padamu baru sebatas menyebut memuji namamu sayang.
Hingga bibir ini kering pecah pecah
tenggorokan garing sulit menelan air ludah
dan pangkal hidung perih bernafaspun susah
sayang
namamu juga selalu kulantunkan sebagai pengantar tidurku
tahukah kau sayang
tidurku tak akan bisa jenak
jika belum menyenandungkan kidung kemuliaanmu
dan berharap indah wajahmu sudi mampir
dalam mimpiku yang teramat getir
sayang
aku mencoba mencermati langkah tingkahmu sayang
agar aku paham bagaimana cara meyakinkanmu
bahwa aku kekasihmu
sayang
memang kita belum pernah berjumpa
namun aku tak ragu tuk menyatakan bahwa kaulah kekasihku sayang
sayang diriku hanyalah yang terbuang
diantara jutaan pencintamu yang mabuk kepayang
semoga kaupun mengakui akulah kekasihmu sayang
AKU INGIN LEBIH MENGENALMU
Aku ingin mengenalmu jauh lebih dalam,
melebihi kedalaman dirimu mengenali dirimu sendiri, sayang.
Entah apa sebab
dirimu begitu memikat
hingga hasratku menggugat
ingin lebih mengenalmu lebih dekat
dari nadi tubuhku yang melekat
Mulai dari tingkah lakumu
hingga tutur katamu
begitu anggun bak perawan ranum
kutempatkan dalam sisi otakku terluas
agar aku lebih bisa mengingat mengenalmu
caramu berpakaian
hingga jemari lentikmu menggelayut membersihkan badan
kucatat dan kutirukan
agar aku lebih serupa mengenalmu
bahkan salah satu bajumu yang kau tambal
aku tahu letaknya
dan berapa jumlah jahitannya
karena aku ingin lebih mengenalmu
secawan anggur yang kuteguk
ternyata tak mampu membuatku mabuk
dibanding aku mendengar namamu disebut
jiwa ini tak sadarkan diri
menari-nari
sayang aku ingin mengenalmu jauh lebih dalam,
melebihi kedalaman dirimu mengenali dirimu sendiri.
Namun apa jawabmu?
Kau bahkan tak mampu mengenali dirimu sendiri
bagaimana bisa kau mengenali diriku?
melebihi kedalaman dirimu mengenali dirimu sendiri, sayang.
Entah apa sebab
dirimu begitu memikat
hingga hasratku menggugat
ingin lebih mengenalmu lebih dekat
dari nadi tubuhku yang melekat
Mulai dari tingkah lakumu
hingga tutur katamu
begitu anggun bak perawan ranum
kutempatkan dalam sisi otakku terluas
agar aku lebih bisa mengingat mengenalmu
caramu berpakaian
hingga jemari lentikmu menggelayut membersihkan badan
kucatat dan kutirukan
agar aku lebih serupa mengenalmu
bahkan salah satu bajumu yang kau tambal
aku tahu letaknya
dan berapa jumlah jahitannya
karena aku ingin lebih mengenalmu
secawan anggur yang kuteguk
ternyata tak mampu membuatku mabuk
dibanding aku mendengar namamu disebut
jiwa ini tak sadarkan diri
menari-nari
sayang aku ingin mengenalmu jauh lebih dalam,
melebihi kedalaman dirimu mengenali dirimu sendiri.
Namun apa jawabmu?
Kau bahkan tak mampu mengenali dirimu sendiri
bagaimana bisa kau mengenali diriku?
Untukmu Blora Kudendangkan Puisi
Bertumpuk gunduk batuan kapur
dalam hamparan semai sawah menyerunai
melukis pandang tanah kelahiranku
di balik sunyi
memendam rasa
pada pucat bulan berselimutkan awan
dan bintang hanya menemani dalam kebisuan
sayu angin mengantar angan
ke tinggi langit mewadahi mimpi kota penuh kedamaian
Blora
Di sini, kejujuran menjadi bahasa budaya
logika terucap dalam percakapan makna
sebuah senjata tanpa senjata
mengawali berdirinya suatu negara yang merdeka
telingaku memerah
ketika mereka menyebut kotaku sebagai "kota mati"
namun aku tak kuasa tuk marah
hanya ribuan kebanggan
jawabku menghidupkan kota tuan
kotaku memang kota mati
jawabku lantang
mati dari polusi
mati dari modernisasi
mati dari hegemoni
mati dari teroris
mati dari liberaliisasi
mati dari teror bom bunuh diri
dan kami dengan bangga akan mematikan apa saja, siapa saja
yang mencoba membunuh budaya
karakteristik dan ketentraman kami
sungguh kotaku tak pernah mati
dari santri belajar mengaji
dari peternak menggembala sapi
dari sawah dicangkuli petani
dari rakyatnya sibuk mengais rezeki
meski, para generasi muda banyak yang lari mengejar mimpi
pergi dari kota asal mereka awal imajinasi
entah lupa, entah kapan kembali
aku merasakan keramahan alam
saat lambaian teduh daun jati
menyambutku pulang rindu tanah berdebu halaman depan
dalam tatanan berunduk pegunungan
hutan jati penuh ilalang
serta hamparan sawah tandus dalam semai
keuletan tangan mengolah serunai
21 juni 2011
dalam hamparan semai sawah menyerunai
melukis pandang tanah kelahiranku
di balik sunyi
memendam rasa
pada pucat bulan berselimutkan awan
dan bintang hanya menemani dalam kebisuan
sayu angin mengantar angan
ke tinggi langit mewadahi mimpi kota penuh kedamaian
Blora
Di sini, kejujuran menjadi bahasa budaya
logika terucap dalam percakapan makna
sebuah senjata tanpa senjata
mengawali berdirinya suatu negara yang merdeka
telingaku memerah
ketika mereka menyebut kotaku sebagai "kota mati"
namun aku tak kuasa tuk marah
hanya ribuan kebanggan
jawabku menghidupkan kota tuan
kotaku memang kota mati
jawabku lantang
mati dari polusi
mati dari modernisasi
mati dari hegemoni
mati dari teroris
mati dari liberaliisasi
mati dari teror bom bunuh diri
dan kami dengan bangga akan mematikan apa saja, siapa saja
yang mencoba membunuh budaya
karakteristik dan ketentraman kami
sungguh kotaku tak pernah mati
dari santri belajar mengaji
dari peternak menggembala sapi
dari sawah dicangkuli petani
dari rakyatnya sibuk mengais rezeki
meski, para generasi muda banyak yang lari mengejar mimpi
pergi dari kota asal mereka awal imajinasi
entah lupa, entah kapan kembali
aku merasakan keramahan alam
saat lambaian teduh daun jati
menyambutku pulang rindu tanah berdebu halaman depan
dalam tatanan berunduk pegunungan
hutan jati penuh ilalang
serta hamparan sawah tandus dalam semai
keuletan tangan mengolah serunai
21 juni 2011
Biarkan Aku
Biarkan aku bersedih malam ini
wahai kekasih
biarkan akau sandarkan
kepalaku yang penat
di pangkuanmu yang hangat
dan belai lembutlah rambutku
dengan halus jemarimu
duhai kekasih
aku ingin bermanja
dalam dekapmu yang penuh iba
biarkan aku bersedih
atas renung penyesalan yang teramat perih
kekasih,
malam ini aku ingin bercerita
tentang hariku yang begitu fana
separuh malam ini
ingin kuhabiskan untuk bercerita denganmu saja
cerita tentang kisah cinta kita
yang naik turun
tak pernah tetap konstan seperti yang aku pinta
kekasih,
biarkan aku menceritakan semua
hingga habis bahasa
dalam ucap tutur kata
air matapun terasa peluh
setiap kali dengan perlahan kau basuh.
kekasih,
kuharap kau tak pernah bosan
mendengarkanku bercerita romansa kehidupan.
wahai kekasih
biarkan akau sandarkan
kepalaku yang penat
di pangkuanmu yang hangat
dan belai lembutlah rambutku
dengan halus jemarimu
duhai kekasih
aku ingin bermanja
dalam dekapmu yang penuh iba
biarkan aku bersedih
atas renung penyesalan yang teramat perih
kekasih,
malam ini aku ingin bercerita
tentang hariku yang begitu fana
separuh malam ini
ingin kuhabiskan untuk bercerita denganmu saja
cerita tentang kisah cinta kita
yang naik turun
tak pernah tetap konstan seperti yang aku pinta
kekasih,
biarkan aku menceritakan semua
hingga habis bahasa
dalam ucap tutur kata
air matapun terasa peluh
setiap kali dengan perlahan kau basuh.
kekasih,
kuharap kau tak pernah bosan
mendengarkanku bercerita romansa kehidupan.
Angan Awan
Kurebahkan tubuh di atas rerumputan
sengaja hangat matahari dan sepoi angin sore
menerpa kegelisahan
tiba-tiba lamun berhayal,
segumpal awan terbias cahaya merah
menggurat senyum seraut wajah
Ah...
Kunakalkan angan dalam berhayal
menikmati seutuhnya senyum perawan
elok nan rupawan
sebelum mendung mengubah awan
menjadi kelam.
sengaja hangat matahari dan sepoi angin sore
menerpa kegelisahan
tiba-tiba lamun berhayal,
segumpal awan terbias cahaya merah
menggurat senyum seraut wajah
Ah...
Kunakalkan angan dalam berhayal
menikmati seutuhnya senyum perawan
elok nan rupawan
sebelum mendung mengubah awan
menjadi kelam.
Menikmati Senyummu
Menikmati senyummu
tak mampu logika fikirku menjelaskan
terbang imaji lebih rumit
dari sekedar bilangan irasional
yang hasil baginya tidak pernah bisa berhenti.
Bilangan irasional dari akar dua
mampu kudefinisikan dengan mudah
dikala kukuadratkan sempurna
tapi senyummu,
hanya kau sendiri yang mampu mendefinisikan
entah akan kau luluhkan dengan rumusmu
atau mungkin sengaja kau biarkan saja
agar aku berusaha menemukan jawabnya.
Menikmati senyummu
aku menjadi pangkat satu
yang selalu tersembunyi
di atas konstanta dan variabel nyata,
pangkat satu yang tak pernah dihiraukan
meski keberadaannya pasti dibutuhkan.
Pangkat satu tetap selalu tersembunyi
dan hanya senyummu yang mampu memperhatikannya.
tak mampu logika fikirku menjelaskan
terbang imaji lebih rumit
dari sekedar bilangan irasional
yang hasil baginya tidak pernah bisa berhenti.
Bilangan irasional dari akar dua
mampu kudefinisikan dengan mudah
dikala kukuadratkan sempurna
tapi senyummu,
hanya kau sendiri yang mampu mendefinisikan
entah akan kau luluhkan dengan rumusmu
atau mungkin sengaja kau biarkan saja
agar aku berusaha menemukan jawabnya.
Menikmati senyummu
aku menjadi pangkat satu
yang selalu tersembunyi
di atas konstanta dan variabel nyata,
pangkat satu yang tak pernah dihiraukan
meski keberadaannya pasti dibutuhkan.
Pangkat satu tetap selalu tersembunyi
dan hanya senyummu yang mampu memperhatikannya.
The Square Root of 3

I fear that I will always be
A lonely number like root three
The three is all that’s good and right,
Why must my three keep out of sight
Beneath the vicious square root sign,
I wish instead I were a nine
For nine could thwart this evil trick,
with just some quick arithmetic
I know I’ll never see the sun, as 1.7321
Such is my reality, a sad irrationality
When hark! What is this I see,
Another square root of a three
As quietly co-waltzing by,
Together now we multiply
To form a number we prefer,
Rejoicing as an integer
We break free from our mortal bonds
With the wave of magic wands
Our square root signs become unglued
Your love for me has been renewed .
Renungan Kurban
Hari ini, banyak kusaksikan mereka mencoba meniru Ibrahim dalam membuktikan ketaatan kepada Rabbnya.
Mengalirkan darah hewan seolah-olah telah menjadi kebanggaan bagi mereka.
Tapi bukan, bukan
mereka bukan Ibrahim dengan kedermawanannya
mereka tidak mampu menyamai Ibrahim
yang dengan penuh ketaatan dalam melaksanakan perintah Rabbnya
mereka pula bukan Ibrahim
yang dengan ikhlas mengurbankan putra tercintanya Isma'il
dan,
apa yang mereka kurbankan bukanlah belahan jiwa, anak mereka
seperti Ibrahim terhadap anaknya Isma'il
apa yang mereka kurbankan pun tidak bisa seikhlas Isma'il
ketika menerima tawaran untuk dikurbankan
karna kurban mereka tak lain adalah hewan-hewan
yang tak memiliki fikiran.
Sapi-sapi yang perkasa,
kambing, domba, dan onta
tak lebih hanyalah secuil dari harta yang mereka puja
yang dengan ganas mereka hunus pedang
tepat pada kerongkongan
langsung mengucurkan anyir darah penghapus dosa.
Dengan ikhlas merekapun bergeming penuh harap
agar kurban-kurban mereka mendapatkan ganti pahala
serupa pahala Ibrahim-Isma'il.
Tuhanku, meski belum mampu hambamu ini untuk ikhlas
seperti keikhlasan Ibrahim-Isma'il
meski kurbanku ini tak sebanding dengan kurban kedua nabiku Ibrahim-Isma'il
meski semua memang selalu meski
namun, ikhlasku masih penuh harap hanya kepada-Mu
untuk Kau terima apa yang aku coba ikhlaskan ini.
Hanya prasangka baikku kepad-Mu wahai Tuhanku
yang selalu coba tertanam dalam benakku.
Blora, 10 dzulhijjah 1431
Mengalirkan darah hewan seolah-olah telah menjadi kebanggaan bagi mereka.
Tapi bukan, bukan
mereka bukan Ibrahim dengan kedermawanannya
mereka tidak mampu menyamai Ibrahim
yang dengan penuh ketaatan dalam melaksanakan perintah Rabbnya
mereka pula bukan Ibrahim
yang dengan ikhlas mengurbankan putra tercintanya Isma'il
dan,
apa yang mereka kurbankan bukanlah belahan jiwa, anak mereka
seperti Ibrahim terhadap anaknya Isma'il
apa yang mereka kurbankan pun tidak bisa seikhlas Isma'il
ketika menerima tawaran untuk dikurbankan
karna kurban mereka tak lain adalah hewan-hewan
yang tak memiliki fikiran.
Sapi-sapi yang perkasa,
kambing, domba, dan onta
tak lebih hanyalah secuil dari harta yang mereka puja
yang dengan ganas mereka hunus pedang
tepat pada kerongkongan
langsung mengucurkan anyir darah penghapus dosa.
Dengan ikhlas merekapun bergeming penuh harap
agar kurban-kurban mereka mendapatkan ganti pahala
serupa pahala Ibrahim-Isma'il.
Tuhanku, meski belum mampu hambamu ini untuk ikhlas
seperti keikhlasan Ibrahim-Isma'il
meski kurbanku ini tak sebanding dengan kurban kedua nabiku Ibrahim-Isma'il
meski semua memang selalu meski
namun, ikhlasku masih penuh harap hanya kepada-Mu
untuk Kau terima apa yang aku coba ikhlaskan ini.
Hanya prasangka baikku kepad-Mu wahai Tuhanku
yang selalu coba tertanam dalam benakku.
Blora, 10 dzulhijjah 1431
heran
Sungguh heran aku pada diriku sendiri
betapa bodohnya menantang ketidak pastian
tnpa membekali senjata dalam diri
hanya bermodalkan memuaskan keinginan
keinginan yang selalu mengaburkan impian
melenyapkan tujuan
melupakan diri yang tak memiliki kemampuan
terombang ambing dalam luas samudera hayalan
oh Tuhan,
persenjatailah diriku dengan keikhlasan dan kesabaran
berkahilah perjalananku dengan keyakinan akan tujan
hanya RidhoMu yang selalu ku harapkan.
karanganyar, 1 mare 2010
betapa bodohnya menantang ketidak pastian
tnpa membekali senjata dalam diri
hanya bermodalkan memuaskan keinginan
keinginan yang selalu mengaburkan impian
melenyapkan tujuan
melupakan diri yang tak memiliki kemampuan
terombang ambing dalam luas samudera hayalan
oh Tuhan,
persenjatailah diriku dengan keikhlasan dan kesabaran
berkahilah perjalananku dengan keyakinan akan tujan
hanya RidhoMu yang selalu ku harapkan.
karanganyar, 1 mare 2010
waktu
waktu...
akan kau bawa pergi kemana diriku
dan mengapa aku harus mengikutimu,
yang arahmu tak pernah menentu.
kau terus paksa diriku
namun tak pernah sekalipun kau turuti kemauanku
kau terus saja mempermainkan hidupku
namun, sekali ku balas mempermainkanmu
kerugianlah yang selalu kutemu
waktu...
apa sebenarnya maumu itu
tak pernah sedikitpun kumengerti rencanamu
karanganyar, 27 januari 2010
akan kau bawa pergi kemana diriku
dan mengapa aku harus mengikutimu,
yang arahmu tak pernah menentu.
kau terus paksa diriku
namun tak pernah sekalipun kau turuti kemauanku
kau terus saja mempermainkan hidupku
namun, sekali ku balas mempermainkanmu
kerugianlah yang selalu kutemu
waktu...
apa sebenarnya maumu itu
tak pernah sedikitpun kumengerti rencanamu
karanganyar, 27 januari 2010
apa yang
Apa yang ada dalam angan
Tak juga menjadi kenyataan
Apa yang ku lihat
Tak juga dapat kujilat
Apa yang kusentuh
Tak juga dapat kurengkuh
Apa yang kuhasratkan
Tak juga aku dapatkan
Apa yang kulakukan
Tak juga dapat memuaskan
Apa yang kuusahakan
Tak juga dapat terealisasikan
Apa yang kuperhatikan
Tak juga dapat kutirukan
Yang ku-abaikan
Menjadi kenyataan
Yang ku-acuhkan
Menjadi saingan
Yang ku-sembunyikan
Menjadi kelihatan
Yang ku-rahasiakan
Menjadi perbincangan
Yang sengaja ku-lupakan
Menjadi ingatan
Yang ku-hindari
Selalu mencari
Yang ku-tinggalkan
Selalu teringatkan
Yang ku-benci
Semakin menyayangi
Yang ku-caci-maki
Selalu menghormati
Tapi,
Yang ku-kumpulkan
Yang ku-cari
Yang ku-senangi
Yang ku-korbankan
Yang ku-makan
Yang ku-agung-agumgkan
Yang ku-puja
Ternyata hanya menjadi
Hal yang menjijikkan.
Karanganyar, 7 febuari 2010
Tak juga menjadi kenyataan
Apa yang ku lihat
Tak juga dapat kujilat
Apa yang kusentuh
Tak juga dapat kurengkuh
Apa yang kuhasratkan
Tak juga aku dapatkan
Apa yang kulakukan
Tak juga dapat memuaskan
Apa yang kuusahakan
Tak juga dapat terealisasikan
Apa yang kuperhatikan
Tak juga dapat kutirukan
Yang ku-abaikan
Menjadi kenyataan
Yang ku-acuhkan
Menjadi saingan
Yang ku-sembunyikan
Menjadi kelihatan
Yang ku-rahasiakan
Menjadi perbincangan
Yang sengaja ku-lupakan
Menjadi ingatan
Yang ku-hindari
Selalu mencari
Yang ku-tinggalkan
Selalu teringatkan
Yang ku-benci
Semakin menyayangi
Yang ku-caci-maki
Selalu menghormati
Tapi,
Yang ku-kumpulkan
Yang ku-cari
Yang ku-senangi
Yang ku-korbankan
Yang ku-makan
Yang ku-agung-agumgkan
Yang ku-puja
Ternyata hanya menjadi
Hal yang menjijikkan.
Karanganyar, 7 febuari 2010
Perempatan Bangjo Karangjati
Taukah kau, adik
Setelah sekian lama, seperti baru kemarin
ketika di perempatan bangjo karangjati senyummu membidik
Tepat dihadapku saat mentari pagi mengintip
Wajahmu yang putih semakin tampak rona oleh mentari yang merekah
Ketika kita berjalan agak berjauhan menuju taman ilmu
Aku tahu adik, ketika itu kau sedang gelisah
Meski kau coba menutupinya dimatamu yang sendu
Senyummu memaksaku berhenti berjalan
Tak kuat menahan detak jantung yang semakin kencang
Apa yang membuat senyummu semakin menawan
Apa karna sengaja kau ingin melihatku kembali riang
Seingatku kau hanya menyapa namaku
Atau sengaja kau sembunyikan kalimat dalam ucap sapa
Dan aku setiap kali hanya mampu membalas sapa
Namun saat itu kita serasa terus berbalas padu
Kulihat perempatan bangjo itu lagi
Kini sepi tak ada berhenti bus menghampiri
Kau di mana sekarang adik
Perasaan ingin bertemuku selalu menghardik
Dan di perjalanan sepi pagiku sendiri
Kulihat sekelebat teduh senyummu
Yang lagi-lagi memaksa menghentikan langkahku
Untuk memastikan benarkah itu senyum milikmu.
untuk Karangjati, 2004
Setelah sekian lama, seperti baru kemarin
ketika di perempatan bangjo karangjati senyummu membidik
Tepat dihadapku saat mentari pagi mengintip
Wajahmu yang putih semakin tampak rona oleh mentari yang merekah
Ketika kita berjalan agak berjauhan menuju taman ilmu
Aku tahu adik, ketika itu kau sedang gelisah
Meski kau coba menutupinya dimatamu yang sendu
Senyummu memaksaku berhenti berjalan
Tak kuat menahan detak jantung yang semakin kencang
Apa yang membuat senyummu semakin menawan
Apa karna sengaja kau ingin melihatku kembali riang
Seingatku kau hanya menyapa namaku
Atau sengaja kau sembunyikan kalimat dalam ucap sapa
Dan aku setiap kali hanya mampu membalas sapa
Namun saat itu kita serasa terus berbalas padu
Kulihat perempatan bangjo itu lagi
Kini sepi tak ada berhenti bus menghampiri
Kau di mana sekarang adik
Perasaan ingin bertemuku selalu menghardik
Dan di perjalanan sepi pagiku sendiri
Kulihat sekelebat teduh senyummu
Yang lagi-lagi memaksa menghentikan langkahku
Untuk memastikan benarkah itu senyum milikmu.
untuk Karangjati, 2004
Bidadari Malam
Bidadari bersayap hitam
melambaikan tangan pada sang Tuan
mencari rejeki di tengah malam
berharap keluarga esok masih bisa makan
bidadari bersorot mata tajam
tak pedulikan kejamnya zaman
mengais rejeki digelap malam
agar mampu bayar kontrakan
bidadari penghias malam
hadirmu slalu dinanti-nantikan
oleh mereka penikmat hiburan malam
kau pun bersyukur ada pendapatan tambahan
bidadari malam berwajah muram
kala jasamu tak dapat bayaran
bahkan kau pun sempat diancam
oleh pelanggan, si Tuan pembuat aturan
berjuta sayang kau hanya bidadari malam
yang slalu tertindas disiplin aturan
bahkan dicerca mereka yang tak mau paham
hingga diusir sampai kau terasingkan
oh... bidadari malam
pastilah di hatimu terdapat cahaya terang
meski arahmu terlampau tak karuan curam
karna cahayamu hampir redup oleh rasa ingin slalu senang
bidadari pelita kegelapan malam
kau belum mampu sinari jalanmu yang kelam mencekam
sadarlah! bahwa kau mampu terangi malam
dengan membuka tabir penutup hatimu yang pekat hitam
melambaikan tangan pada sang Tuan
mencari rejeki di tengah malam
berharap keluarga esok masih bisa makan
bidadari bersorot mata tajam
tak pedulikan kejamnya zaman
mengais rejeki digelap malam
agar mampu bayar kontrakan
bidadari penghias malam
hadirmu slalu dinanti-nantikan
oleh mereka penikmat hiburan malam
kau pun bersyukur ada pendapatan tambahan
bidadari malam berwajah muram
kala jasamu tak dapat bayaran
bahkan kau pun sempat diancam
oleh pelanggan, si Tuan pembuat aturan
berjuta sayang kau hanya bidadari malam
yang slalu tertindas disiplin aturan
bahkan dicerca mereka yang tak mau paham
hingga diusir sampai kau terasingkan
oh... bidadari malam
pastilah di hatimu terdapat cahaya terang
meski arahmu terlampau tak karuan curam
karna cahayamu hampir redup oleh rasa ingin slalu senang
bidadari pelita kegelapan malam
kau belum mampu sinari jalanmu yang kelam mencekam
sadarlah! bahwa kau mampu terangi malam
dengan membuka tabir penutup hatimu yang pekat hitam
Langganan:
Postingan (Atom)