GURU GENERASI MILLENIAL GARDA UTAMA DALAM MEMBENTENGI GENERASI JAMAN NOW HINGGA GENERASI JAMAN OLD DARI VIRUS HOAKS

GURU GENERASI MILLENIAL GARDA UTAMA DALAM MEMBENTENGI GENERASI JAMAN NOW HINGGA GENERASI JAMAN OLD DARI VIRUS HOAKS

Definisi Hoaks, Penyebaran Serta Dampak Negatifnya

Hoaks, merupakan kata serapan dari kata Hoax dalam bahasa inggris dan sudah terdaftar di kamus besar bahasa Indonesia yang berarti suatu tindakan yang dimaksudkan untuk menipu atau menjebak.  Kata hoaks (Hoax) menurut ahli filologi inggris, Robert Nares, muncul pada akhir abad ke 18. Asal kata hoaks diduga dari kata “Hocus” yang artinya  jelas-jelas “untuk menipu”.  Tindakan berbohong yang dilakukan oleh seseorang itu bisa juga mengarah ke tingkatan yang lebih keji, yaitu fitnah. Mengatakan suatu pernyataan mengenai seseorang padahal orang tersebut tidak melakukannya.

Seiring kemajuan teknologi yang sangat pesat, persebaran arus komunikasi dan informasi semakin mudah untuk di akses oleh siapapun, kapanpun dan di manapun. Akses praktis jejaring komunikasi dan media sosial menjadi sorotan utama dalam penyebaran berita hoaks. Penyebaran berita hoaks tersebut bisa berupa potongan gambar ‘meme’, penyalahgunaan gambar kejadian yang dipakai untuk menguatkan deskripsi kebohongan berita, berita-berita palsu, cuitan-cuitan kebohongan pada media sosial dan juga video yang berisi informasi palsu pula. Hoaks-hoaks tersebut sangat banyak jumlahnya di kanal instagram, twitter, facebook, youtube dan kanal media sosial lainnya.

Berdasarkan data laporan pengaduan konten negatif yang masuk ke kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada Januari hingga April 2017 laporan yang masuk tentang hoaks mencapai 5.864. Isi dari berita hoaks tersebut beraneka ragam, dan yang paling krusial adalah masalah agama, politik, sosial serta fenomena alam. Penyebaran berita hoaks di media sosial memiliki ciri sebagai berikut:

1. Umumnya pelaku penyebar akan mengambil salah satu foto untuk diedit sedemikian rupa dan diberikan tulisan-tulisan tertentu yang ditujukan untuk menguntungkan salah satu golongan dan merugikan golongan yang lain.

2. Pelaku hoaks umumnya menggunakan akun anonim (akun dengan nama palsu) untuk membuat berita hoaks dan menyebarkannya di berbagai media sosial. Berita tersebut memiliki judul yang tendensius sehingga membuat orang lain penasaran dengan judul dari berita tersebut. Bahkan, tidak sedikit orang yang langsung percaya dengan judul tersebut dan menyebarkannya tanpa membaca isi dari berita dan mencari kebenaran dari berita tersebut.

3. Pelaku hoaks memiliki akun media sosial yang banyak untuk menyebarkan berita yang telah di unggah, mengomentari dan menggiring opini dengan kalimat-kalimat yang bisa membuat pembaca lainnya yakin bahwa berita tersebut adalah berita yang valid.

Dampak Negatif Apa Saja yang Bisa Ditimbulkan dari Berita Hoaks?

Dikutip dari laman https://dapoyster.wordpress.com/2017/02/10/4-dampak-hoax-yang-merugikan/  sedikitnya ada empat dampak negatif hoaks yaitu: 1) Merugikan suatu pihak, 2) Memberikan reputasi buruk akan seseorang/sesuatu, 3) Menyebarkan fitnah dan 4) Menyebarkan informasi yang salah. Dampak yang paling parah adalah yang ke tiga yaitu menyebarkan fitnah. Dalam Al Qur’an disebutkan bahwa “Fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. (Q.S : 2; 191)”.
 Banyak sekali kerugian yang diakibatkan dari suatu fitnah. Bahkan perang yang sudah dan masih berlangsung di berbagai Negara juga terjadi dikarenakan berita hoaks dan fitnah. Dampak  hoaks bisa saja lebih dari keempat dampak yang sudah disebutkan, hoaks tidak semata mengenai reputasi pihak korban yang dijadikan hoaks, namun banyak hal kompleks lainnya yang disebabkan oleh hoaks.


Peran Guru Millenial dalam Membentengi Arus Penyebaran Berita Hoaks

Sebagai guru, terutama guru muda yang melek teknologi dalam hal ini sebutan keren bagi guru tersebut adalah guru “Millenial” memiliki peran yang sangat penting untuk membendung arus persebaran berita hoaks. Sasaran utama bagi guru millennial tersebut adalah para murid serta guru tua yang cenderung mudah percaya dengan berita hoaks. Perlu diketahui mengapa guru tua, atau guru jaman old bisa dibilang kurang dalam hal literasi informasi sehingga menganggap semua berita yang didapat adalah berita benar. Akan tetapi, tidak dipungkiri pula guru millenial juga bisa menjadi korban berita hoaks. Karena, menurut pandangan psikologis, ada dua factor yang dapat menyebabkan seseorang cenderung mudah percaya pada berita hoaks yaitu adanya perasaan yang terafirmasi atau subjektifitas seseorang dalam menanggapi opini dan juga dipengaruhi Anonimitas pesan hoaks itu sendiri. Jadi, siapapun bisa menjadi korban berita hoaks.

Pemberian informasi kepada para siswa sekolah menengah atas (SMA) mengenai bahaya hoaks merupakan langkah tepat untuk membendung penyebaran hoaks di dunia maya. Pasalnya, anak usia SMA merupakan pengguna aktif di berbagai media sosial. Dengan mengedukasi siswa SMA diharapkan mereka bisa berpartisipasi untuk mengklarifikasi setiap berita hoaks yang mereka jumpai, atau setidaknya mereka tidak ikut menyebarkan berita hoaks.

Lalu, bagaimana cara mengidentifikasi hoaks yang benar agar mudah dipahami terutama bagi siswa SMA? Ketua Masyarakat Indonesia Anti Hoaks Septiaji Eko Nugroho yang dimuat pada laman kominfo.go.id menguraikan lima langkah sederhana yang bisa membantu dalam mengidentifikasi mana berita hoaks dan mana berita asli. Berikut penjelasannya:

1. Hati-hati dengan judul provokatif
Berita hoaks seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif, misalnya dengan langsung menudingkan jari ke pihak tertentu. Isinya pun bisa diambil dari berita media resmi, hanya saja diubah-ubah agar menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki sang pembuat hoaks.

Oleh karenanya, apabila menjumpai berita denga judul provokatif, sebaiknya Anda mencari referensi berupa berita serupa dari situs online resmi, kemudian bandingkan isinya, apakah sama atau berbeda. Dengan demikian, setidaknya Anda sebabagi pembaca bisa memperoleh kesimpulan yang lebih berimbang.

2. Cermati alamat situs
Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link, cermatilah alamat URL situs dimaksud. Apabila berasal dari situs yang belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi -misalnya menggunakan domain blog, maka informasinya bisa dibilang meragukan.

Menurut catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs di Indonesia yang mengklaim sebagai portal berita. Dari jumlah tersebut, yang sudah terverifikasi sebagai situs berita resmi tak sampai 300. Artinya terdapat setidaknya puluhan ribu situs yang berpotensi menyebarkan berita palsu di internet yang mesti diwaspadai.

3. Periksa fakta
Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya? Apakah dari institusi resmi seperti KPK atau Polri? Sebaiknya jangan cepat percaya apabila informasi berasal dari pegiat ormas, tokoh politik, atau pengamat.

Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh. Hal lain yang perlu diamati adalah perbedaan antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan opini. Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan bukti, sementara opini adalah pendapat dan kesan dari penulis berita sehingga memiliki kecenderungan untuk bersifat subyektif.

4. Cek keaslian foto
Di era teknologi digital saat ini , bukan hanya konten berupa teks yang bisa dimanipulasi, melainkan juga konten lain berupa foto atau video. Ada kalanya pembuat berita palsu juga mengedit foto untuk memprovokasi pembaca.

Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin pencari Google, yakni dengan melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.

5. Ikut serta grup diskusi anti-hoaks
Di Facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti hoaks, misalnya Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci.

Di grup-grup diskusi ini, netizen bisa ikut bertanya apakah suatu informasi merupakan hoax atau bukan, sekaligus melihat klarifikasi yang sudah diberikan oleh orang lain. Semua anggota bisa ikut berkontribusi sehingga grup berfungsi layaknya crowdsourcing yang memanfaatkan tenaga banyak orang.

Tidak peduli guru bidang mata pelajaran apapun, seorang guru harus bisa mengedukasi para murid untuk lebih tanggap terhadap berita hoaks. Guru bisa memberikan penjelasan kepada murid di sela-sela jam mengajar di kelas. Tentunya dengan gaya bahasa yang mudah untuk dipahami anak usia sekolah. Kaitannya dengan hal itu, berikut kiat-kiat yang bisa dilakukan guru untuk memberikan pemahaman kepada siswa:

1. Pastikan anda menguasai dan membuat suasana kelas menjadi terkendali sehingga bisa mengambil perhatian siswa.

2. Sampaikan salah satu berita terkini yang ada kaitannya dengan berita hoaks.

3. Ajak siswa untuk berpikir secara logis untuk mencermati isi berita yang disampaikan oleh anda dan membandingkan dengan berita yang lain.

4. Setelah siswa paham bahwa berita yang anda sampaikan adalah berita hoaks. Ceritakan kisah nyata yang merupakan dampak negatif dari berita hoaks. Dalam hal ini tentunya anda harus pandai bercerita.

5. Ajak siswa untuk lebih peduli dalam menanggapi berita hoaks di media sosial dengan cara turut mengklarifikasi setiap berita hoaks yang mereka jumpai, atau minimal  dengan tidak ikut menyebarkan berita hoaks.

6. Tanamkan kepada siswa sikap berani menyampaikan kebenaran meskipun pahit. Dan dorong siswa untuk berani menanggapi berita hoaks yang disebarkan di grup Whatsapp pertemanan maupun grup keluarga. Karena banyak sekali berita hoaks yang disebarkan melalui grup Whatsapp.

Selain terhadap murid, guru millennial juga harus berani menyampaikan klarifikasi berita hoaks yang telah disebarkan oleh kolega di sebauh grup Whatsapp guru misalnya. Meskipun terkadang sebagai guru muda masih cenderung sungkan untuk menanggapi postingan guru senior, akan tetapi untuk masalah berita hoaks, guru muda harus menjadi garda depan dalam menghalau menyebarnya berita hoaks, dan harus ingat pastikan menggunakan cara yang halus dan sopan dalam menyampaikan kebenaran. Pastinya, guru senior akan bisa memahami jika apa yang telah disebarkan adalah berita hoaks dan sudah ada klarifikasi yang terpercaya.

Tidak jauh beda dengan cara yang disampaikan kepada para murid dan kolega guru. Pentingnya menanamkan pengetahuan bagaimana cara mengidentifikasi berita hoaks juga harus kita sampaikan terhadap keluarga. Karena tidak jarang anggota keluarga saling berseteru dikarenakan berita palsu yang mungkin menimpa dirinya.

Pernah suatu ketika ada salah seorang guru mngirimkan foto beserta artikel tentang fenomena munculnya dua matahari di kutub utara di grup WA guru. Dari artikel tersebut memiliki judul tendensius dan berisi tentang kabar tanda kiamat sudah datang juga disertai bukti-bukti ilmiah sehingga bagi orang awam, bisa dengan mudah percaya dengan berita hoaks tersebut. Beberapa guru lainnya menangapi berita tersebut dengan beragam ekspresi. Ada yang langsung percaya dengan membuktikan teori fisika, ada juga yang tidak percaya. Kemudian, saya dan teman saya yang merupakan guru muda di sekolah tempat saya mengajar, menanggapi berita tersebut dengan klarifikasi yang logis dan bukti kebohongan berita tersebut. Saya menjelaskan tentang teknik manipulasi photoshop yang dengan mudah mengkreasikan berbagai macam foto sesuai keinginan pembuatnya. Tidak hanya itu, saya juga memosting klarifikasi berita hoaks tersebut dari alamat website yang bisa dipercaya. Akhirnya perdebatan argument tentang fenomena matahari ganda tersebut berangsur reda dan notifikasi WhatsApp kembali tenang.


Turn Back Hoax

Apabila menjumpai informasi hoaks, lalu bagaimana cara untuk mencegah agar tidak tersebar. Pengguna internet bisa melaporkan hoaks tersebut melalui sarana yang tersedia di masing-masing media. Untuk media sosial Facebook, gunakan fitur Report Status dan kategorikan informasi hoaks sebagai hatespeech/harrasment/rude/threatening, atau kategori lain yang sesuai. Jika ada banyak aduan dari netizen, biasanya Facebook akan menghapus status tersebut. Untuk Google, bisa menggunakan fitur feedback untuk melaporkan situs dari hasil pencarian apabila mengandung informasi palsu. Twitter memiliki fitur Report Tweet untuk melaporkan twit yang negatif, demikian juga dengan Instagram. Kemudian, bagi pengguna internet Anda dapat mengadukan konten negatif ke Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan melayangkan e-mail ke alamat aduankonten@mail.kominfo.go.id. Masyarakat Indonesia Anti Hoax juga menyediakan laman data.turnbackhoax.id untuk menampung aduan hoaks dari netizen. TurnBackHoax sekaligus berfungsi sebagai database berisi referensi berita hoaks.

Kemudahan mengakses informasi seharusnya bisa membuat orang semakin berkreasi dan berinovasi untuk mengukir prestasi. Bukan sebaliknya, diberikan kemudahan malah dipakai untuk menyebarkan kebohongan, fitnah dan kebencian hanya untuk menuruti nafsu yang telah terkontaminasi hasutan setan. Masyarakat Indonesia harus bijak dalam memanfaatkan kemajuan teknologi dan informasi. Siapapun kalian, berprofesi sebagai apapun. Jadilah yang pertama untuk menyegah dan mengklarifikasi beredarnya berita hoaks.

#AntiHoax #PGRIJATENG #MARIMAS
   


Let’s smart, let’s be #GenLangitBiru

Let’s smart, let’s be #GenLangitBiru


Generasi Milenial


Era milenial melahirkan generasi-generasi muda yang memiliki keunikan tersendiri dari generasi sebelumnya. Generasi milenial, atau yang lebih hits sekarang ini adalah generasi anak muda jaman now. Generasi yang lahir di tengah-tengah kemajuan teknologi yang sangat pesat. Cirri-ciri generasi jaman now adalah mereka yang suka mengikuti perkembangan teknologi, budaya dan beraneka macam tingkah kekinian. Disibukkan dengan kecanggihan gawai dengan ribuan aplikasinya. Selalu eksis di dunia maya. Serta cenderung anti sosial di kehidupan nyata. Generasi milenial juga ditndai dengan kreativitas yang luar biasa, mengingat begitu mudahnya akses untuk berselancar menelusuri apapun yang mereka inginkan. Lihat saja, banyak karya ilmiah dan teknologi terbarukan yang mampu mereka kreasikan di berbagai bidang ilmu pengetahuan.

Akan tetapi, kelebihan-kelebihan dari generasi milenial itu kurang diimbangi dengan aksi sosial yang memang bagi mereka bukanlah suatu yang ngetrend dibandingkan dengan prestasi dalam ilmu pengetahuan atau mungkin ketenaran ketika menikmati keindahan suatu lokasi wisata. Masih ingat kan? Taman bunga yang rusak akibat ulah kids jaman now. Mengekspresikan tingkahnya tanpa mempedulikan kondisi taman bunga yang rusak akibat ulah mereka. Atau mungkin kesadaran untuk menyelamatkan lingkungan dengan membuang sampahlah… banyak yang masih abai, beda ketika mereka mengikuti turnamen yang lebih seru daripada membersihkan sampah. Misal diingatkan oleh guru atau orang di sekitar, paing satu dua hari bersih, akan tetapi hari selanjutnya akan kembali berserakan lagi sampahnya.


Generasi Langit Biru

Saatnya anak-anak generasi milenial beradaptasi menjadi generasi langit biru. Apa itu generasi langit biru? Generasi langit biru atau #GenLangitBiru merupakan suatu istilah yang dicetuskan oleh PERTAMINA ditujukan khususnya kepada kaum muda untuk mewujudkan suasana langit yang kembali berwarna biru. Asri, layaknya suasana langit di pedesaan atau di pegunungan. Berwarna biru yang menenteramkan mata jika dipandang. Tidak hanya itu saja, kesadaran untuk turut melestarikan lingkungan juga menjadi pondasi untuk mewujudkan keasrian alam sekitar kita. Dengan menanam dan merawat pepohonan, turut bersama bekerja bakti membersihkan lingkungan, serta paling tidak memiliki sebuah komunitas yang berisikan anak muda yang peduli terhadap lingkungan. Contoh sederhananya, ikut merawat pepohonan di pinggir jalan, mencabuti paku-paku yang digunakan untuk menempelkan iklan di pohon-pohon pinggir jalan. Tindakan tersebut merupakan sesuatu yang sangat cerdas untuk menyelamatkan lingkungan. Bayangkan, jika pepohonan di pinggir jalan tidak tumbuh secara normal, atau bahkan sampai mati, maka berapa banyak polusi asap kendaraan bermotor yang tidak bisa diserap oleh pepohonan tersebut.

Jika kalian tinggal di kota besar, Jakarta misalnya, kalian mungkin tidak akan sempat menikmati birunya langit. Pengalaman penulis sendiri yang pernah tinggal di Jakarta selama dua tahun, langit Jakarta sangat pekat berwarna abu-abu. Polusi dari berbagai sumber polusi, terutama polusi dari asap pembuangan kendaraan bermotor. Pada lebaran tahun 2016 kemarin, ada seorang netizen yang memposting keadaan langit Jakarta yang sangat beda dari hari biasanya. Ini jelas menjadi bukti bahwa banyaknya penggunaan kendaraan bermotor menjadi salah satu pemicu sumber polusi udara di ibu kota Jakarta.




foto keadaan Jakarta saat Lebaran tahun 2016
Sumber foto: kaskus.co.id

#GenLangitBiru sebenarnya diambil berdasar proyek kilang Pertamina dalam meningkatkan kualitas bahan bakar minyak dari Premium (RON 88) menjadi Pertamax (RON 92). Yang artinya, Pertamina sedang meningkatkan kualitas BBM yang lebih ramah lingkungan sehingga kualitas udara lebih terjaga dan lebih sehat.

Bicara tentang RON, nih penjelasan singkat mengenai apa sebenarnya RON itu. RON merupakan kependekan dari Research Oktan Number yang berarti angka oktan yang terkandung dalam bensin. Oktan sendiri adalah satuan angka yang menunjukkan tingkat ketukan bensin untuk mesin saat terjadi pembakaran. Semakin tinggi kadar oktan dalam bahan bakar, maka semakin bagus pula ketukan pembakaran pada mesin tersebut.

Usaha peningkatan kadar RON yang dilakukan Pertamina bukan tanpa alasan. RON 92 atau yang biasa disebut dengan pertamax merupakan bahan bakar yang sangat bagus bagi kendaraan bermotor yang dewasa ini menggunakan teknologi canggih. Jika tidak diimbangi dengan pemakaian jenis bahan bakar yang berkualitas bagus, maka bisa dipastikan, mesin kendaraan bermotor tersebut tidak bisa berfungsi secara optimal. Bahkan bisa sampai terjadi kerusakan.

Nah, bagi kalian para generasi milenial, mulai saat ini bersiaplah untuk menjadi Generasi Langit Biru yang turut serta merawat lingkungan sekitar dari hal yang sering kalian anggap remeh hingga penggunaan kendaraan bermotor yang tidak bisa lepas dari aktifitas kalian sehari-hari. Sayangi kendaraan bermotor kalian dengan menggunakan bahan bakar minyak yang meiliki nilai oktan lebih tinggi. Dalam hal ini adalah Pertamax.

Generasi milenial yang berafiliasi menjadi Generasi Langit Biru harus bisa menjadi jati diri anak muda. Let’s smart, let’s be #Gen Langit Biru

MENANAMKAN BUDAYA MEMBACA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

MENANAMKAN BUDAYA MEMBACA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Pemerintah republik Indonesia melalui peraturan menteri pendidikan telah berusaha untuk meningkatkan budaya membaca bagi siswa-siswi di semua jenjang sekolah dari dasar hingga menengah atas. Peraturan tersebut dikemas dalam wadah Kurikulum 2013 yang telah disempurnakan melalui berbagai revisi. Penekanan membudayakan literasi telah menjadi sendi dari penerapan proses pembelajaran yang tertulis jelas pada perangkat pembelajaran (RPP). Selain itu, pembiasaan membaca juga diterapkan pada  jam di luar jam pembelajaran, yaitu 15 menit sebelum jam pembelajaran dimulai. Pembiasaan tersebut tertuang pada Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015. Namun, untuk menyukseskan rencana besar itu, dibutuhkan suatu pembiasaan yang harus terus menerus dilakukan sejak usia dini dan dibutuhkan konsistensi yang sangat besar.

Penerapan pembiasaan budaya membaca sejak dini di era kemajuan teknologi yang sangat pesat ini menghadapi tantangan yang sangat berat. Pola asuh orang tua yang memberikan gawai kepada anaknya dikarenakan anak mencontoh perilaku orang tua yang tidak bisa lepas dari gawai, menjadikan anak kurang bisa peduli dengan lingkungan di sekitar. Otomatis, hal ini menjadikan peran guru sebagai pihak yang seharusnya mampu mengontrol kecanduan peserta didik terhadap gawai. Jika kita coba menanyakan kepada anak usia SD untuk memilih satu di antara dua pilihan; yaitu antara buku bacaan atau gawai, pasti mereka lebih banyak yang memilih gawai untuk menghabiskan waktunya. Meski juga pemerintah telah menyiasati dengan memanfaatkan gawai sebagai media edukasi, akan tetapi anak lebih cenderung untuk memilih permainan yang jauh lebih seru bagi mereka.

Dikutip dari kompas.com, berdasarkan data dari UNESCO, persentase minat baca anak Indonesia sebesar 0,01 persen. Artinya, dari 10.000 anak bangsa, hanya satu saja yang memiliki minat baca. Tentu data tersebut sangat memprihatinkan. Dibandingkan dengan Negara lain, Negara maju setiap penduduknya membaca 20 hingga 30 judul buku setiap tahunnya. Sebaliknya di Indonesia, penduduknya hanya membaca paling banyak tiga judul buku dan itupun masyarakat usia 0-10 tahun.

Minimnya minat baca masyarakat Indonesia bisa berdampak negatif bagi mereka sendiri juga bagi kemajuan Indonesia. Dampak negatif bagi individu yang tidak gemar membaca salah satunya adalah mudah percaya dengan berita hoaks hingga informasi yang bersifat fitnah. Maraknya penyebaran berita hoaks di Indonesia sudah menjadi santapan setiap hari di berbagai media sosial. Bagi anak usia SD lebih parah lagi, mereka tidak akan bisa memiliki imajinasi tentang harapan dan cita-cita yang seharusnya mereka miliki dengan pengetahuan dari membaca buku. Di tambah perilaku anak yang lebih suka melihat acara televise, bermain gawai, game online, serta permainan lainnya yang bisa menurunkan minat baca danbelajar di usia mereka. Apa jadinya 45 tahun di masa yang akan datang jika masalah ini tidak bisa diatasi dengan baik.

Buku sebagai jendela dunia, sudah nyata memberikan banyak manfaat bagi pembacanya. Jika tubuh kita harus mengonsumsi makanan yang menyehatkan agar tetap hidup, maka otak juga perlu mengonsumsi agar tetap kuat dan sehat seperti organ tubuh yang lainnya. Apa yang harus dikonsumsi otak? Adalah bacaan sehat yang harus dikonsumsi oleh otak. Dengan membaca beberapa menit, dapat membantu menekan perkembangan hormon stress seperti hormone kortisol. Dengan membaca dapat mencegah penyakit Alzheimer, demensia dan dapat membantu menurunkan tingkat stress hingga 67% (manfaat.co.id). bagi anak usia SD tentunya dengan jumlah sel otak yang masih bagus dan mudah menyerap informasi bisa sangat bermanfaat sekali. Selain menyehatkan otak, membaca juga bisa menambah wawasan dan pengetahuan, menambah kosakata dan meningkatkan kualitas memori ingatan pada otak.

Dari dampak negatif akibat kurang minatnya siswa dalam membaca dan juga banyak manfaat dari kegiatan membaca buku, diharapkan guru SD bisa menanamkan pengertian terhadap para siswa tentang manfaat membaca buku. Agar para siswa menjadi lebih gemar membaca. Tentunya selain memberikan pengertian terhadap para siswa, guru juga harus mampu memberikan pengertian terhadap orang tua siswa agar turut aktif menanamkan kebiasaan membaca buku anaknya ketika di rumah. Untuk menumbuhkembangakan minat baca, cara berikut mungkin bisa diterapkan terhadap anak baik di rumah maupun di sekolah:

1.      Memberikan contoh
Seorang guru harus bisa memberikan contoh kegemaran membaca buku kepada para siswa. Entah itu ketika di sela-sela jam mengajar, istirahat atau saat jam sekolah telah berakhir. Memberikan contoh ini lebih efektif daripada menyuruh memaksa anak untuk harus membaca buku di setiap harinya. Dengan memberikan contoh membaca di setiap kesempatan, secara tidak langsung para siswa memperhatikan tindakan guru dan ketika siswa sudah penasaran, pasti dengan mudah siswa bisa kita ajak untuk membaca buku.

2.      Menyisipkan cerita
Seorang guru harus bisa menyisipkan cerita yang sangat seru, atau menceritakan ulang cerita dari buku bacaan seusia anak SD di sela-sela proses pembelajaran. Penyisipan cerita bisa menjadi hal yang mengasyikkan bagi siswa, apalagi di saat jam pelajaran yang sulit dan jam-jam rawan mengantuk bagi siswa. Dengan pengalihan topik pelajaran menjadi cerita dan pemenggalan cerita di bagian yang seru, bisa membuat rasa penasaran bagi siswa sehingga mereka akan mencarinya pada buku yang telah diberitahukan oleh guru.  

3.      Mampu menginspirasi dan memotivasi
Seorang guru harus bisa menginspirasi siswa. Inspirasi bisa didapatkan dari buku bacaan. Buku biografi pahlawan misalnya. Dengan nada optimis, sampaikan kalimat-kalimat motivasi yang pernah diungkapkan oleh tokoh-tokoh Indonesia maupun luar negeri. Tunjukkan nama-nama tokoh hebat tersebut, serta jasa apa saja yang telah ditorehkan untuk kebermanfaatan bagi umat manusia. Dan usahakan hindarkan motivasi yang berupa gombalan perjuangan dalam menggapai cinta. Karena, masalah cinta terhadap lawan jenis bisa disalah artikan oleh siswa SD.
4.     
Membuat grup baca
Setelah ada ketertarikan siswa terhadap membaca buku, buatlah grup baca buku di sekolah. Luangkan waktu sepulang sekolah selama 1 atau 2 jam untuk menjelajahi perpustakaan di sekolah. Dampingi siswa dalam membaca buku. Libatkan diri anda dengan mereka dalam diskusi kecil atau meminta siswa untuk menceritakan kembali buku bacaan yang telah dibaca.
5.      Ajak berkarya

Untuk lebih menambah kegemaran siswa dalam membaca buku, ajaklah mereka untuk berkarya. Tentu bagi siswa yang sudah gemar mebaca, pastinya mereka akan memiliki keinginan untuk menulis juga. Tantang siswa untuk menulis karangan bebas. Dengan tanpa menggurui, galilah pemikiran ide-ide kreatif siswa dalam menulis. Setelah berhasil menyelesaikan penulisan cerita, tingkatkan lagi mental siswa, dengan cara mengikutkan siswa dalam berbagai lomba kepenulisan. Tidak berhenti di situ, cobalah untuk membukukan tulisan-tulisan karangan siswa. Jadikan tulisan-tulisan tersebut dalam sebuah buku yang bisa membanggakan bagi mereka. Untuk yang terakhir ini, memang diperlukan biaya dalam proses penerbitan dan penyetakannya.

Tidak bisa dipungkiri, kemajuan teknologi seperti pisau bermata dua. Di satu sisi bisa bermanfaat, di sisi yang lainnya bisa menjerumuskan pada hal yang negatif. Kaitannya dengan menumbuhkembangkan minat baca siswa, sebenarnya gawai juga bisa dimanfaatkan untuk tujuan tersebut. Ambil contoh pada aplikasi WATTPAD. Aplikasi tersebut memberikan fasilitas kemudahan bagi kita untuk membaca berbagai jenis karya sastra secara gratis dari penulis amatir hingga professional. Selain itu, kita juga bisa menampilkan karya sastra kita dengan tema apapun pada aplikasi tersebut. Dan pastinya karya kita bisa dibaca oleh pengguna aplikasi di seluruh Indonesia. Tidak hanya itu saja, sudah banyak penulis amatir di aplikasi tersebut yang tulisannya ditawar penerbit untuk diterbitkan. Pastinya menjadi keuntungan bagi kita dengan royalti yang akan diberikan oleh penerbit atas karya kita itu.

Sebenarnya, media sosial seperti Facebook, Twitter dan Instagram juga bisa dimanfaatkan untuk menambah bahan bacaan dan juga menampilkan karya tulisan kita pada media sosial tersebut. Akan tetapi, banyaknya berita hoaks dan penyalahgunaan yang lainnya bisa menjadi boomerang bagi siswa dalam penggunaan media sosial tersebut.

Peran orang tua, guru serta masyarakat sangat berpengarh besar terhadap budaya membaca bagi putra-putri penerus bangsa. Jangan sampai salah mendidik anak. Karena anak merupakan asset paling berharga bagi maju-mundurnya suatu bangsa, terutama bangsa Indonesia. “Bacalah! Bukan bakarlah!” ucap Pramoedya Anantatoer.
MARI BERSAMA GURATKAN KATA UNTUK MENGUBAH DUNIA
free counters

Total Tayangan