Pada selembar tikar pandan dipan depan rumah itu
kita pernah menikmati malam
di bawah langit biru yang semakin kelabu
persis seperti malam ini
rembulan menyabit yang enggan padam
aku paham bulan bintang cemburu dengan kemesraan kita sayang
waktu itu aku kau hanya tersenyum penuh kebanggaan
mampu membuat iri penghias malam
angin kemarau yang berhembus lembut
membawa pesan keharuman surga
dalam bingkai belaimu yang lembut
tak kubiarkan kedip menghalangi mata
memandang gemerlap matamu memantulkan cahaya cinta
memang, kita hanya diam
tak ada sepatah kata terucap
mulut seolah terkunci rapat
namun hati kitalah yang asik bercakap
mungkin kau sudah lupa saat itu sayang
namun kuharap kau sudah lupa
karena sajak ini sengaja kueja
untuk mengenang malam kemesraan kita.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar