Desember Bercerita

“Minggu pertama”
Desember, berbagai kisah serasa dikumpulkan di penghujung tahun ini. Minggu pertama yang cukup damai, bercampur resah menyelimuti. Aktivitas begitu padat hingga tak sempat tidur siang untuk menghimpun tenaga begadang melototi tv menyaksikan piala dunia dimana Indonesia juga ikut berkompetisi sebagai pesertanya.

Brr.. brr… brr… getar ponsel tanda sms masuk. Kubuka dengan cepat “cklik”
“wuh sms dari Amira” sontak hatiku senang, karena sudah begitu lama tak ada kabar darinya. Sms-an pun berlanjut, membahas peluang timnas Indonesia menghadapi lawan-lawan tangguh di pentas dunia. Tapi ampun bro… English language punya dia pakai tuk bercakap sms denganku. Tak habis fikir, terpaksa dengan bantuan mbah google terjemah ku pakai tuk mentranslate-kan balasanku.

Sejak kepelatihan Alferd Riedl timnas Indonesia mampu mengepakkan sayap garudanya hingga dapat mengalahkan juara dunia tahun 1998 Prancis di putaran pertama piala dunia. “sungguh ajib…”
Sms-an diakhiri dengan puisi sebagai mantra penghantar tidur dariku, dan Amira pun tak mau kalah membuktikan kepiawaiannya merangkai kata sebagai mahasiswa sastra membalas mantraku.
Hmm… Amira, begitu misterius teman satuku ini.

“Minggu kedua”
Diawali dengan berbagai jenis kegiatan lomba antar bidang organisasi di kampusku. Meski aku juga berpartisipasi dalam salah satu lomba, tapi aku tak peduli siapa pemenangnya, dan kuputuskan untuk pulang terlebih dahulu sebelum lombanya usai. Minggu malam senin, selepas menikmati permainan cantik timana Indonesia melibas Jerman dengan skor 3-1, Semakin menambah semangat untuk mengerjakan tugas yang menumpuk. Kalkulus, geometri hmm… lumayan rumit juga, cukup berat untuk menambah beban di kepalaku hingga dapat nyenyak untuk dipakai tidur. Eits… tapi tunggu dulu… rasanya kurang afdhol jika belum menebar ucapan mantra-mantra penghantar tidur kepada adek-adekku.

“cklik…” kirim ke banyak. “messages successful delivered.” Begitu kalimat yang tertera pada layar ponselku. Dan beberapa saat, balasan sms dari adek-adekku bergantian masuk.

“brr… brr… brr…” dering ponselku. Ada yang membalas ucapan terimakasih dan responnya biasa saja, ada yang tak membalas, tapi ada juga satu adekku yang membalas dengan syair mantra yang membuatku tertarik untuk membals dengan syair mantra yang lebih indah lagi. Perang kata berlangsung cukup lama. Hingga terpaksa bendera putih kukibarkan pertanda menyerah karena sudah terlampau larut malam dan mataku sudah tak kuat untuk sekedar melihat tulisan. Tak ada serangan kata balik yang ku balaskan hingga kemenangan 1-0 bagi adekku satu ini.

Setelah tidur lebih kurang 3 jam, tepat pukul 3 pagi aku terbangun karrena alarm ponselku yang sengaja ku stel dengan niatan akan makan sahur. Tapi apa daya, rasa sakit begitu keras melilit perutku. Tak henti-henti aku keluar masuk toiet. Diare, argh… betapa sakitnya. Habis makan apa aku kemarin, Tanya batinku. Ditambah maghku kambuh lagi.

Jam 6 pagi, dengan perhatian dan kebaikan kakakku, aku diantar berobat ke dokter. Alamak… disuntik lagi hmm… pil, kapsul tak lupa pula menyertai. Seharian istirahat, tak kuat menegakkan badan. Setelah kuingat-ingat ternyata penyebab sakitku ini karena kemarin tak sengaja memakan buah nangka yang dimasak pada perlombaan di kampusku kemarin. Langsung kusahut ponselku, kukirim sms ke salah satu temanku yang ikut lomba kemarin.

“Hey… masakanmu kemarin kau beri apa? Sekarang kog aku taj juat apa-apa!”
Brr… balasan sms dari temanku
“aku beri racun hehe… emang kenapa mas?”
“wah parah nih, jika racun yang kau beri adalah racun cintamu sih taka pa, tapi nie perutku yang jadi korbannya… sudah 7x aku keluar masuk toilet, kemarin masakanmu kau campuri nangka ya?” message sent.

Brr…”heh!!! Dasar kamu ini mas ada-ada saja, nggak kog, masakanku kemarin gak ada nangkanya. Lha kemarin masakan muter-muter ke kelompok lain mencicipi masakan mereka juga, sapa tau dari mereka ada campuran nangkanya!”
Logat khas dari Aninda mengeluarkan statement pembelaan.
Hmm… ternyata benar juga katanya, aku kemarin memang mencicipi masakan dari kelompok lain yang ternyata ada yang menggunakan bahan dasar dari buah nangka.

“kamis 16 desember”
Malamnya, hari rabu jam 19.00 selepas magribh, aku merenung memusatkan fikiran untuk merangkai kata demi kata untuk terbentuk menjadi puisi sekaligus doa kepada temanku Amira yang jauh di mata. Dalam larik sajak tersebut aku akhiri dengan ucapan “selamat ulang tahun kawan”. Message sent. Laporan pengiriman tertera pada layar ponsel.

Brr… balasan yang kutunggu dating juga meski agak lama. Dengan kalimat yang sangat ringkas, padat, jelas dan tak berputar-putar. “Terima kasih kawan ”. Dengan symbol emoticon senyum yang cukup pahit bagiku. Betapa tidak? 3 karakter pesan kukirimkan, 100 x 3 = 300 rupiah pulsa kurelakan, meski terbilang sedikit sih.. ber-jam-jam otak ini kufokuskan untuk merangkaikan puisi dan doa untuknya. Tapi hanya tiga kata saja yang ia balaskan. Hmm.. menghela nafas panjang, masih untung mendapat balasan.
Cukup sudah, telah habis bahasa dalam gudang wacana, telah hilang kata yang kusiapkan tuk melanjutkan perbincangan. Namun, prediksiku meleset 180 derajat bagaikan Indonesia yang ditekuk Italia 2-1 meski Indonesia sudah dipastikan lolos ke perempat final piala dunia.

Siang harinya, ketika berdiskusi dengan teman-temanku sekelas, tiba-tiba ada seorang mahasiswa semester atas menghampiriku mengajak berdua tatap muka seolah ingin berbicara hal penting saja.

“Deg…!!!” detak jantung mengencang, darah naik ke ubun-ubun, mendengar cercaan demi cercaan yang dia lontarkan kepadaku.
“Tuduhan macam apa ini” batinku, tapi kesabaran masih mampu menguasai diri hingga tak terjadi tindakan memalukan seperti ulah supporter Malaysia saat menaklukkan Brazil 3-2 dengan menyoroti para pemain Brazil dengan sinar laser hingga membuyarkan konsentrasi tarian samba ala Richardo Kaka cs.

“minggu ketiga”
Isu tuduhan itu semakin memanas memasuki hari siding reor diadakan.tapi aku sih tenang-tenang saja, toh tak ada bukti yang mampu mereka tunjukkan kepadaku, dan aku juga tak pernah merasa melakukan yang mereka tuduhkan.

“25 desember 2010”
“Libur telah tiba libur telah tiba hore…” teringat lagu anak bersemangat liburan. “Selamat hari Natal buat saudara-saudaraku yang merayakannya!!!”. Meski pernyataan tersebut banyak pandangan yangmengharamkannya, namun aku sebagai umat islam tetap akan mengucapkannya. Disamping terdapat dasar yang cukup kuat dengan bagiku, juga sebagai wujud pluralitas atau kebinekaan dakam beragama, kerukunan, solidaritas serta rasa toleransi anatar umat beragama.


“jam 9 pagi” brr… tiga kali getaran ponselku menerima pesan.
“Posisi.”
“Solo, Karanganyar, eits… tapi nie sapakah? Balasku ke nomor tak dikenal itu.
“Setyo D. ayo ikut siding reor bro!!! bantu kami untuk menyuarakan aspirasi perubahan. Pemikir-pemikir seperti kamu sangat kami butuhkan sekarang bro!!”
Gila… sudah jauh hari aku tak sudi ikut reor yang membosankan itu, tapi kali ini ada teman yang percaya dan membutuhkan pemikiran tajamku “setajam silet” katanya.
Dengan santu kutolak permohonan kawanku itu.
“sory bro” balasku, “baru ada kesibukan di rumah, mana ban motorku gembes lagi, harus ganti ban luar pula lah, dompetku juga kosong lah, wah aku tak bisa membayangkan esok hari tak ada secercah harapan tuk sekedar membeli bensin bro!!”
“Ah payah.,.” balasnya singkat.
Brr… sms masuk, waktu menunjukkan jam 14.30 di layar ponsel. Hmm… mengganggu tidur sangku saja, cklik… wush… ada apa lagi sobat satuku ini.
“bro… tolonglah bro… kami benar-benar membutuhkan bantuanmu, suaramu sangat kami butuhkan!”

Yah ini lagi… serius amat bahasanya, kayak sedang memikirkan Negara saja.
Akhirnya dengan berat hati, kuputuskan untuk mengabulkan permohonannya, dan siapa tahu aku bisa mengembalikan nama baikku di forum itu nanti.

@kampus 16.15.
“selamat datang bro…”,
“waalaikumsalam mas”,
“akhirnya datang juga kawan” sambut hangat sekelompok kecil mereka yang memperjuangkan perubahan dari system yang eror dan penuh itervrensi atasan ini.
17.00, siding di tunda, istirahat dan dilanjutkan setelah sholat isya’ jam 19..30. begitu keputusan presidium mengetok palu persidangan.
Kesempatan itu kami manfaatkan untuk berdiskusi, memaparkan langkah apa lagi yang harus dilakukan untuk memperjuangkan aspirasi suara yang terpinggirkan.
Usai magrib, aku mampir sejenak ke kost temanku, brr…. Sms masuk, “Astaghfirullah… tuduhan macam apa lagi ini?” darah naik mengalir deras ke kepala, thermometer menunjukkan suhu 39 derajat celcius. Otak memanas. Padahal tak pernah sekalipun ada niatan untuk menjadi orang penting dalam kepengurusan itu, tapi mengapa tuduhan demi tuduhan bergantian datang menyerangku. “Oke” sekarang aku sudah punya cukup bukti untuk mengungkap kebobrokan system permainan mereka.

@19.15 final fighting. Sidang anggaran rumah tangga dimulai. Pasal 2 dibacakan oleh presidium. Tak kuat menahan emosiku, wacana demi wacana ku utarakan, suasana siding semakin memanas melebihi athmosfer panasnya kantor dewan di senayan.
“system macam apa ini yang saudara sandiwarakan?” bentakku mengheningkan ruangan siding.
“perlu microphone mas?” sela teman sampingku.
“Tak perlu mas! Suaraku cukup terdengar nyaring bagi mereka yang tak tuli! Jika paki microphone takutnya kaca ruangan ini pada pecah!” jawabku.
“Apakah memang seperti ini cara saudara mencari pengganti untuk meneruskan kekuasaan saudara? Dengan perbuatan buruk saudara mencari tahu siapa diantara anggota parlemen yang memiliki pandangan buruk terhadap organisasi ini? Tindakan macam apa ini?”
Suasana senyap, sebagian menundukkan kepala dan sebagian lagi menatap pandang ke arahku seolah tak percaya denga sikapku malam itu. Mungkin mereka yang tak percaya tak pernah menyangka bahwa aku memiliki pemiiran kritis dan intelek yang cukup mumpuni.

“Jika saudara sekalian perlu bukti kebenaran dengan statement yang saya ucapkan, saya bisa menghadirkan yang bersangkutan sekarang juga!!! Karena yang bersangkutan juga tengah duduk mengikuti persidangan pada malam ini diantara kita!!”
Senyap beberapa menit, tiba-tiba “tarrr…” gelas di meja konsumsi pecah tanpa sebab.
“astaghfirullah.. kenapa mas bisa pecah?” Tanya salah satu anggota siding.
“Ya, pecahkan saja gelasnya biar ramai!!!” sahutku.
Orang yang dari tadi kusindir kemudian angkat bicara
“Mas, anda itu orang organnisasi, harusnya pahamlah vengan system bla bla bla…. “
“hoe bang!” bang Anton medan menyela dengan logat khas medannya.
“Pemikiran harusnya kau lawan dengan pemikiran lah! Jangasn kau langsung kau menjudge orang yang menyampaikan oemikirannya! Kau sendiri orang organisasi, paham tak kau akan arti organisasi? Mana sikap profesionalisme kau punya?”
“Sabar, sabar… tenang , kita di sini adalah satu keluarga besar, kita adalah saudara tak patut kalau kita saling bersi tegang begini…” Akhi Firman mencoba meredakan emosi kami dan mendinginkan suasana.

Sesaat kemudian kami sekelompok kecil walk out meninggalkan persidangan yang penuh kospirasi dan rekayasa ini. Sebelumnya aku sempat berpesan kepada Akhi Firman untuk mengajak pengurus inti untuk berdiskusi denganku setelah persidangan usai.
Tepat jam 22.30 mereka yang kuundang menemuiku, di hadapan mereka aku menyampaikan tentang tuduhan-tuduhan yang ditujukan kepadaku. Dengan panjang lebar dan permintaan maaf diutarakan oleh ketua umum kepadaku. Serta berjanji akan menindak lanjuti tentang pencemaran nama baik yang dilakukan oleh anak buahnya.
Waktu sudah terlalu larut, pintu gerbang terlanjur dikunci oleh petugas keamanan kampus. Tak pelak aku harus menunggu hingga pagi saat pintu gerbang kembali dibuka. Tak peduli dengan hasil siding reor, siapa pengurus-pengurus yang terpilih, aku mengistirahatkan diri di salah satu ruangan dengan teman-teman lainnya. Sambil sms-an dengan adekku yang juga sedanga mengikuti pelantikan anggota di salah satu UKM kampus.

Pagipun tiba, secercah sinar mentari cukup menerangi kalut hatiku, hangat senyum adekku yang usai acara menemuiku sedikit menghangatkan gigil beku dinginnya pagi ini.

“Minggu keempat”
Indonesia berhasil melaju ke final piala dunia setelah menumbangkan lawan-lawannya. Bahkan juara bertahan Spanyol dipukul telak 4-1 di putaran semi final oleh Indonesia. Final piala dunia mempertemukan Indonesia melawan Malaysia yang berhasil lolos dengan cara-cara kotornya. Pertandingan bersejarah bagi kedua kesebelasan. Namun saying anak asuhan Alferd Riedl, Firman cs terganggu oleh ulah curang supporter Malaysia yang menyorotkan laser ke pemain Indonesia. Skor 0-0 di babak pertama.

Pertandingan kedua baru dimulai 5 menit Markus Horison melakukan protes kepada wasit karena sinar laser yang terus mengganggunya. Akhirnya pertandingan sempat dihentikan beberapa menit. Kemudian setelah terjadi diskusi yang lumayan lama, pertandingan dilanjutkan. Namun entah mengapa sepanjang pertandingan permainan cantik Indonesia menjadi terpuruk. Alhsil pemain Malaysia berhasil membobol gawang Markus 3 kali. Pertandingan berakhir dengan kemenangan Malaysia 3-0. Dan dengan ini Malaysia mampu mengukir sejarah sebagai Negara Asia pertama kali yang mampu menjuarai piala dunia meski dengan kecurangannya.

@31 Desember 2010
Pergantian tahun baru hMm… sms ucapan tahun baru bergantian masuk di ponselku. Namun terasa biasa saja, tak ada yang special. Bunyi terompet menggema, apalagi keponakanku yang sejak habis Isya’ tadi terus meniup terompet dengan teman-temanya di depan rumah. Menganggu saja.
Malam tahun baru di kamar, buka computer, tak ada beda dengan hari biasanya.
Brr… jam 23.45 tertera pada ponsel waktu menunjukkan dan ada satu pesan masuk. Ah paling dari teman-teman yang mengucapkan selamat tahun baru.
Ku buka dengan sedikit agak malas pesan itu. “Deg…” ternyata hehe… senyum mengembang di bibirku.

From Amira: “selamat tahun baru ya dris… semoga di tahun baru ini kita dapat menjalani takdir yang baru dengan baik dan dapat menaklukkan semua tantangan yang baru pula. Maaf idris.. lama nggak kasih kabar dan smsan. Karna nie aku baru sibuk mengerjakan skripsi agar dapat selesai tepat waktu dan denga hasil yang memuaskan ^_^ “

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MARI BERSAMA GURATKAN KATA UNTUK MENGUBAH DUNIA
free counters

Total Tayangan