Paragraf (Kohesifitas dan koherenitas wacana) bag.1

Oleh: Drs. Yakub Nasucha, M.Hum.

Sebuah wacana atau esai yang ditulis mahasiswa dapat dipahami secara utuh dengan mencermati penanda kohesinya. Penanda kohesi atau sering disebut sebagai alat kohesi (cohesion device) adalah alat perangkat analisis wacana untuk dapat memahami wacana secara utuh. Kemungkinan hanya ada satu penanda kohesi yang digunakan untuk memahami wacana, tetapi kemungkinan juga untuk memahami wacana dibutuhkan lebih dari satu penanda kohesi. Penanda kohesi yang dimaksud adalah alat kohesi yang diungkapkan oleh Halliday dan Hasan (1976:6).
1. Pengacuan
Referensi disebut pula pengacuan atau penunjukan. Referensi adalah penggunaan kata atau frase untuk menunjuk atau mengacu kepada kata atau frase lain yang memiliki kesamaan. Unsure lain atau pelaku yang pertama dalam wacana akan diberlakukan sebagai acuan untuk unsure atau pelaku berikutnya. Dudih (1991:184) mengacukan acuan ialah hal yang sama dimunculkan kembali.
Referensi dibagi menjadi dua macam, yakni eksofora (situasional) dan endofora (tekstual). Eksofora adalah referensi terhadap kata-kata yang berbeda di luar teks. Endofora adalah referensi terhadap kata-kata yang berada di dalam teks. Ada dua macam endofora, yakni anaphora dan katafora. Anaphora berfungsi menunjuk kembai kepada sesuatu yang telah disebutkan sebelumnya. Katafora berfungsi menunjuk kepada sesuatu yang mendahuluinya. Artinya yang ditunjuk mendahului yang ditunjuk.
Dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia (1999:43) disebutkan bahwa anaphora adalah peranti dalam bahasa untuk membbuat rujuk silang dengan hal atau kata yang telah dinyatakan sebelumnya. Sedangkan, katafora adalah rujuk silang terhadap anteseden yang ada di belakangnya. Berdasarkan uraian seperti itu, referensi dibagi menjadi eksofora dan endofora. Referensi endofora ada dua macam yakni anaphora dan katafora. Untuk memperjelas pembagian referensi tersebut dapat dilihat pada diagram berikut ini.

Diagram referensi

reference ==> [situasional] Exophora

==> [textual] endophora ==> [to preceding text] Anaphora
[to following text] cataphora
Selanjutnya, Halliday dan HAsan (1976:37) juga membagi tiga tipe referensi, yaitu referensi persona (pengacuan personal), referensi demonstrative (pengacuan penunjukan), dan pengacuan komparatif (pengacuan pembandingan).
a. Pengacuan Personal
Tipe pengacuan personal (referensi persona) berkaitan dengan situasi yang dikategorikan ke dalam kata ganti persona, seperti saya, kami, kita, kamu, anda, engkau, dia, dan mereka.
b. Pengacuan Penunjukan
Tipe pengacuan penunjukan (referensi demonstrative) berkaitan dengan lokasi yang mengandung pengertian jarak (dekat atau jauh), seperti kata ini, itu, sini, sana, dan situ.
c. Pengacuan Pembandingan
Tipe pengacuan pembandingan (referensi komparatif) berkaitan dengan tipe kata-kata atau bentuk bahasa yang mengandung perbedaan dan kemiripan.

Contoh (1)
Kerusuhan kedua terjadi di kota Solo setelah Megawati kalah dalam pemilihan presiden (K1). Massa yang terprovokasi mengamuk dan membakar gedung balai kota (K2). Kerusuhan itu seolah-olah menampar “muka sendiri” warga kota Solo (K3). Setelah dua tahun berlalu, dalang kerusuhannya pun belum dapat ditangkap (K4). Memang, pembangunan hokum dan system demokrasi di Indonesia belum dapat diwujudkan (K5).

Wacana yang berupa paragraph pada contoh (1) terdiri atas lima kalimat. Kata penunjuk itu pada “Kerusuhan itu seolah –olah menampar muka sendiri warga kota Solo” (K3) mengacu pada frase kerusuhan kedua (K1). Jadi acuannya bukan pada kerusuhan yang lainnya. Ketepatan penggunaan penanda kohesi referensi sangat menentukan kohesif atau tidaknya sebuah wacana dalam paragraph. Wacana di atas pada contoh (1) akan tidak kohesif bila kata penunjuk itu, misalnya diganti dengan kata tadi sehingga menjadi kerusuhan tadi…..

2. Penggantian
Penggantian atau substitusi pada dasarnya merupakan hubungan kata dengan kata, kata dengan frase, atau frase dengan frase secara gramatikal dalam paragraph. Penggantian dapat disebut pula sebagai proses mengganti unsure bahasa yang satu dengan unsure bahasa lainnya. Penggantian itu dapat terjadi pada tataran kata, frase, dan klausa. Menurut Hamid (1991:35), penggantian termasuk hubungan gramatikal (lihat Ramlan, 1993:17; juga Halliday dan Hasan, 1976:89). Pada dasarnya penggantian dengan referensimemiliki arti yang hampir sama. Penggantian merupakan hubungan makna dan situasi.

Contoh berikut ini dapat memperjelas tentang proses penggantian.

Contoh (2)
Siswa yang bernama Agus, Salim, Kirom, ddan Udin merupakan sahabat karib sewaktu di SMP dulu (K1). Siswa-siswa itu tergolong pandai, disenangai para guru, dan sangat sangat simpatik dalam pergaulannya (K2). Mereka selalu bersama-sama, baik saat istirahat jam pelajaran maupun liburan sekolah (K3). Persahabatan mereka begitu kental sehingga Pak Bambang, seorang guru bahasa Indonesia menamakannya “Kuartet Pilihan” (K4).

Kata siswa-siswa pada “Siswa-siswa itu tergolong pandai, disenangi para guru, dan simpatik dalam pergaulannya” (K2) merupakan kata ulang yang menunjukkan jamak. Kata siswa-siswa itumenggantikan Agus, Salim, Kirom, dan Udin pada K1. Jadi, tidak perlu diulang lagi pada kalimaat berikutnya. Proses penggattian sebenarnya dimaksudkan untuk mengurangi pengulangan bentuk-bentuk yang sama di dalam sebuah teks.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MARI BERSAMA GURATKAN KATA UNTUK MENGUBAH DUNIA
free counters

Total Tayangan